TAMU
Getar Kabut di kaki mu Tertinggal sebelum kau tolakkan pintu. Selamat malam Aku duduk sendiri, Menulis Surat, Telah Lupa Seribu alamat dalam hati Selamat malam , Kau ber sepu, aku datang dari kota, sungguh Bertamu.
(Kulihat hujan telah membiru pada wajah mu dan engahan menanjak lewat dada mu) Siapakah Tuan? kau menyodorkan sebuah senapang : Aku pemburuu Tentram hanya bayang-bayang kita
terongok berdesakan .Bersama kita kesepian ? bayangan mu ber bisik tak kedengaran .TIdak .Aku bukan kesepian . Sahut bayang ku per lahan-lahan Lemudian ,Mereka cuma diam. Dan kita pun cuma diam . Kutulis surat,Kubakar dalam api pendiangan.
Dan kau sandarkan senapang ke arah kertas Penanggalan . Di Luar kudengar kabut,Kudengar kabut ber jalan- jalan....
Getar Kabut di kaki mu Tertinggal sebelum kau tolakkan pintu. Selamat malam Aku duduk sendiri, Menulis Surat, Telah Lupa Seribu alamat dalam hati Selamat malam , Kau ber sepu, aku datang dari kota, sungguh Bertamu.
(Kulihat hujan telah membiru pada wajah mu dan engahan menanjak lewat dada mu) Siapakah Tuan? kau menyodorkan sebuah senapang : Aku pemburuu Tentram hanya bayang-bayang kita
terongok berdesakan .Bersama kita kesepian ? bayangan mu ber bisik tak kedengaran .TIdak .Aku bukan kesepian . Sahut bayang ku per lahan-lahan Lemudian ,Mereka cuma diam. Dan kita pun cuma diam . Kutulis surat,Kubakar dalam api pendiangan.
Dan kau sandarkan senapang ke arah kertas Penanggalan . Di Luar kudengar kabut,Kudengar kabut ber jalan- jalan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar